PNEUMONIA
PENDAHULUAN
Peneumonia adalah peradangan paru
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (staphylococcus, pneumococcus, atau streptococcus)
atau virus (respiratory syncytial virus). Penyebab yang kurang sering adalah
mycoplasma, aspirasi benda asing, dan jamur. Kejadiannya seabagai penyakit
primer atau komplikasi penyakit lain, pneumonia ditandai doleh eksudasi yang
kental yang menyumbat alveolus dan menurunkan pertukaran oksigen. Bakteri atau
virus dari pneumonia dapat mulai secara cepat.
Biasanya
terjadi pada bayi dan anak yang lebih mudah, pneumonia dapat terjadi pada semua
usia, dengan insiden teertinggi selama late fall, musim dingin, dan awal
musim semi. Pengobatan terutama dukungan pernafasan pada bentuk virus dan
antibiotik dan dukungan pernafasan pada bentuk bakteri.
PENGKAJIAN
Respirasi
- Meningkatnya frekuensi pernafasan
- Retraksi
- Nyeri dada
- Crackles
- Penurunan bunyi nafas
- Nasal flaring
- Sianosis
- Batuk produktif
- Ronchi.
Kardiovaskuler
- Takikardia
Neurologis
- Nyeri kepala
- Iritabilitas
- Kesulitan tidur
Gastrointestinal
- Penurunan nafsu makan
- Nyeri lambung
Muskuloskeletal
- Gelisah
- Kelelahan
Integumen
- Peningatan suhu badan
- Sianosis disekitar bibir.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan pertukran gas berhubungan dengan terkumpulnya
eksudasi dan meningkatnya produksi mukus.
Hasil yang
diharapkan
Anak akan meningkat pertukaran gas ditandai oleh mudah
bernafas, warna kulit normal, berkurangnya kegelisahan.
Intervensi
- Atur posisi yang dapat meningkatkan kenyamanan anak
- ciptakan lingkungan yang lembab dan dingin dengan penggunaan sungkup wajah, oksigen kap, atau oksigen tenda.
- Berikan oksigen dengan menggunakan sungkup wajah, oksigen kap, atau iksigen tenda, sesuai petunjuk.
- Dorong anak melakukan latihan batuk dan nafas dalam setiap 2 jam
- Lakukan pengisapan lendir, bila perlu. Siapkan peralatan pengisapan lendir didekat anak.
- Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam, atau sesuai petunjuk.
- Kaji status pernafasan anak untuk menandai adanya dispnea, takipnea, wheezing, crackles, ronchi, dan sianosis.
- Berikan istirahat sesering mungkin.
- Robah posisi anak setiap 1 sampai 2 jam.
Rasional
- memberikan posisi yang nyaman, seperti posisi semi erect , membuat anak bernafas dengan mudah.
- Udara dingin yang dilembab pada jalan nafas, membantu mengencerkan lendir dan mengurangi iedema bronkial.
- Oksigen membantu mengurangi kegelisahan berhubungan dengan gangguan pernafasan dan hipoksemia.
- Batuk membantu mengeluarkan lendir; nafas dalam mendorong ekspansi paru.
- Pengisapan lendir disarankan untuk mempertahankan bebasnya jalan nafas, terutama jika anak batuk secara tidak efektif.
- Fisoterapi dada membantu menghilangkan eksudasi dan lendir keluar secara mudah melalui batuk dan pengisapan lendir.
- Tanda-tanda ini dapat berindikasi bahwa pengobatan tidak efektif dan bahwa kondisi anak menjadi jelek.
- Cairan umumnya mengencerkan lendir
- Istirahat menyimpan energi yang diperlukan untuk melawan infeksi
- Perubahan posisi baring secara teratur membantu memobilisasi pengeluaran lendir.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipertermia berhubungan dengan infeksi
Hasil yang
diharapkan
Anak akan mempertahankan temperatur tubuh kurang dari
100˚ F (37,8˚ C)
Intervensi
- Pertahankan lingkungan yang dingin
- Berikan antipiretik (acetamoniphen atau ibuprofen, jangan aspiran), sesuai petunjuk.
- Monitor temperatur anak setiap 1 sampai 2 jam kemungkinan kenaikan secara tiba-tiba.
- Ambil sediaan sputum untuk kultur
- Berikan antimikrobial, sesuai petunjuk.
- Berikan kompres basah (98,6˚ F [37˚ C]), bila perlu, guna menurunkan demam.
Rasional
- Lingkungan yang dingin akan membantu menurunkan temperatur melalui kehilangan panas secara radiasi.
- Antipiretik biasanya menurunkan demam secara efektif guna kembali pada titik awal normal.
- Peningkatan suhu badan secara tiba-tiba dapat menbgakibatkan kejang-kejang.
- Sediaan sputum membantu mengidenfifikasi agen penyebab
- Antimikrobial akan menyerang organisma penyebab
- Konpres basah dingin pada permukaan tubuh menghilangkan suhu tubuh secara konduksi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko penurunan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan akibat hipertermia atau hiperpnea (atau keduanya).
gak ada abstrackny tow neng
BalasHapus